Perekonomian Indonesia: Beberapa Telaah Kontemporer. Buku Perekonomian Indonesia: Beberapa Telaah Kontemporer ini berisikan. Sumber: Basri (2008). Download DASAR-DASAR EKONOMI INTERNASIONAL – Faisal Basri.

Ekonomi Indonesia Dalam Puisi Faisal Basri 'Gemuruh semakin menggelegar. Derap perubahan menghentak-hentak. Sumbar-sumbat telah terpental. Pekik perlawanan tak terbendung. Itulah bertanda era baru akan membentang. Cuma dalam hutingan bulan.,' demikian Faisal Basri dalam coretan puisinya berjudul 'Indonesia Dalam Penantian Keniscayaan Perubahan' pada pendahuluan buku terbarunya tentang perekonomian Indonesia. Faisal dalam catatannya menuliskan puisi itu di Kalisari, Jakarta, pada waktu dini hari tepat 1 Januari 1998.

Ketika itu, gemuruh benar-benar kian menggelegar, negara ini dilanda krisis perekonomian yang kian dahsyat. Derap perubahan kala itu juga kian menghentak dengan warna-warni negatif, mulai dari kerusuhan hingga hingar bingar kegalauan negeri. Sumbar sumbat pun kian terpental, hingga membawa bangsa ini ke-era demokrasi, selayang democrazy. Tahun 1998, benar kutipan penggalan puisi itu, dimana pekik perlawanan tak terbendung. Era baru untuk kebebasan pun kian membentang. Siapa yang bisa melupakan tahun 1998. Banyak yang menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa ini ketika itu hingga kini.

'Borok-borok tak bisa lagi ditutup-tutupi. Korupsi mendarah daging harus dienyahkan. Nepotisme telah akut nian. Ketimpangan tak tertoleransikan lagi.,' Apakah benar?, 'Era baru harus dibentangkan, atau kejumudan harus disingkirkan dan status quo tak boleh dipertahankan?

Harusnya 'kemunafikan cukup sudah.' Elok sebanga puisi bercerita, namun keadaan di tahun 1998 memang berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian bangsa ini. 'Mungkin dia (krisis) akan selalu diingat, sebagaimana kita' selalu mengingat black tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929 yang juga disebut sebagai malaise, demikian ungkap Faisal Basri dalam seminar nasionalnya di Pekanbaru, Riau, Sabtu (15/12). Menurutnya, kejadian masa lampau, dimana hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi bagi bangsa ini.

Prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade kala itu (1998), tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong milenium ketiga.

Selama periode sembilan bulan pertama di tahun 1998, demikian Faisal, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun 1997, berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, khususnya dunia usaha. Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya hingga mengarah tiada arah adn tujuan.

Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara, ketika itu, 1997-1998. Seperti efek bola salju, demikian Faisal, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand pada 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.